Kehadiran Presiden Indonesia Joko Widodo dalam kunjungan perdananya ke negara tetangga Australia telah dinantikan oleh banyak pihak.
Di hari kedua kunjungannya (Minggu, 26/02/17), setelah bertemu dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, Presiden Jokowi menemui 2500 warga negara Indonesia yang telah menantikan kehadirannya di Darling Harbour Theatre – ICC Sydney. Hadir didampingi oleh Ibu Negara Iriana Widodo, beserta juga dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Vanuatu Bapak Nadjib Riphat Kesoema dan Ibu Nino, Presiden Jokowi bersalaman dengan peserta Temu Masyarakat yang sangat antusias ingin menjabat tangan Beliau di sepanjang jalannya menuju ke panggung. Antusiasme ini sudah terlihat dari awal, sejak tersiarnya kabar akan hadirnya Jokowi di Sydney.
Menurut pantauan tim SBS Radio, dari 700 kursi yang masih tersedia secara online di hari Selasa malam (21/02/2017), menjadi habis terpesan di hari Rabu pagi (22/02/2017).
Setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pidato pembuka dari Bapak Nadjib Riphat Kesoema, Presiden Jokowi mengambil tempat di podium dan mulai mengawali dengan memberikan kuis “sepeda”. Kuis yang sudah tidak asing lagi bagi warga yang selalu mengikuti kabar dari dalam negeri Indonesia ini menarik banyak peminat. Suasana santai dan rileks terasa di gedung teater ICC siang hari itu. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Sule, komedian yang juga menjadi salah satu pemandu acara Temu Masyarakat, bahwa Presiden Jokowi lebih suka suasana yang spontan dan tidak kaku saat berhadapan dengan masyarakat.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan tentang perkembangan sektor ekonomi dan infrastruktur yang terjadi di Indonesia. Presiden Jokowi menyebutkan bahwa perkembangan infrastruktur ini penting sebagai dasar pergerakan ekonomi bangsa ke depan. Beliau menyebutkan bahwa bangsa Indonesia seharusnya masih bersyukur karena posisi perekonomian Indonesia masih baik dibandingkan negara-negara G20 lainnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 lalu masih di atas 5 poin, hanya berada di bawah India dan Tiongkok, dimana ada negara-negara lain yang bahkan minus.


Hal lain yang juga ditekankan oleh Presiden Jokowi adalah tentang perkembangan infrastruktur. Beliau menyampaikan perkembangan pelaksanaan berbagai proyek beserta dengan foto-fotonya. Beliau menyebutkan diantaranya tentang pembangkit listrik, jalan tol (trans Sumatera, trans Papua), jalur kereta api, pelabuhan, Pos Lintas Batas Negara (PLBN), Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), dan juga kereta api cepat.
Jokowi menyampaikan bahwa ada dari proyek besar yang sedang berjalan ini bahkan sudah direncakan sejak 26 tahun yang lalu, tetapi tidak juga segera diputuskan pelaksanaannya. Hal ini membuat pemerintah harus mengeluarkan dana puluhan kali lipat untuk biaya pembebasan lahan. Presiden Jokowi mengatakan bahwa karena itulah menjadi seorang pemimpin harus berani memutuskan dengan segala resiko yang ada. Karena jika tidak, maka segala proses pembangunan akan selalu mundur dan pada akhirnya tidak akan pernah terlaksana. Beliau juga mengatakan bahwa bekerja itu haruslah ambisius, tidak pesimis. Ditambahkannya bahwa orang Indonesia biasanya akan menunjukkan hasil kerja yang sedikit jika diberikan target yang sedikit pula. Maka dari itu di masa pemerintahannya ini dirinya memberikan target yang besar, yang nantinya jika tidak dapat terpenuhi semuanya pun paling tidak dapat terpenuhi sebagian, dan kemudian dapat dianalisa apa faktor kesulitannya.
Di akhir pidatonya, Presiden Jokowi kemudian mengundang para WNI yang tinggal di Australia untuk pulang ke Indonesia dan membuka bisnis di sana.
