Komunitas migran juga ingin suara di parlemen

Parliament House in Canberra seen through an Aboriginal flag  (AAP)

Australian Parliament House is seen through an Aboriginal flag in Canberra, Tuesday, September 5, 2017. (AAP Image/Lukas Coch) NO ARCHIVING Source: AAP / LUKAS COCH/AAPIMAGE

Kampanye untuk menentang dukungan untuk Suara Adat ke Parlemen dalam referendum tahun ini telah diluncurkan. Kelompok migran juga telah menyatakan mendukung kelompok kampanye 'Tidak' agar suara mereka juga dimasukkan dalam Konstitusi.


Memasukkan suara Pribumi ke parlemen telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan sejak pertama kali diusulkan oleh Penduduk Asli Australia dalam Uluru Statement from the Heart pada tahun 2017.

 Kini, komunitas migran Australia rupanya juga menyerukan agar suara mereka juga dimasukkan ke dalam Konstitusi.

Kelompok yang meluncurkan kampanye “Recognise a Better Way”, terdiri dari Senator Partai Liberal Country Jacinta Nampijinpa [[Nam-Pi-Jin-Puh]] Price; mantan presiden Partai Buruh dan kandidat liberal Nyunggai Warren Mundine; Bob Liddle dari Kemara Enterprises, pengembang Northern Territory Kings Creek Station Ian Conway; mantan wakil perdana menteri John Anderson; dan mantan menteri tenaga kerja Gary Johns.

Presiden kelompok 'No Voice to Parliament' Nyunggai Warren Mundine mengatakan bahwa Konstitusi adalah untuk semua warga Australia, termasuk para migran.

Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan jangan lewatkan podcast kami.


 



Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand